Tuesday, December 27, 2016

dewa budjana termasuk gitaris terbaik dunia

 
http://musicmusisi.blogspot.co.id/dewa budajana gitaris terbaik dunia
dewa budjana gitaris

Dewa Budjana termasuk gitaris terbaik dunia (I Dewa Gede Budjana; lahir di Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, 30 Agustus 1963; umur 47 tahun) adalah anggota grup musik Gigi. Ketertarikan dan bakat Dewa Budjana pada musik, khususnya gitar, sudah sangat dominan terlihat sejak ia  masih duduk di bangku Sekolah Dasar di Klungkung Bali. Sampai-sampai, Budjana kecil pernah mencuri uang kakeknya untuk sekedar memenuhi keinginannya membeli gitar pertamanya seharga 10.000 rupiah.Sejak memiliki gitar pertama inilah yang membuat Budjana tidak lagi memiliki semangat untuk bersekolah, baginya gitar adalah nomor 1. Pada saat itu Budjana mempelajari sendiri teknik bermain gitar, dan dia mampu dengan cepat mahir mempelajari lagu Deddy Dores berjudul Hilangnya Seorang Gadis dan lagunya The Rollies berjudul Setangkai Bunga, itupun disaat ia sama sekali belum tersentuh literatur literatur musik/gitar yang formal.

Setelah itu putra almarhum IDN Astawa ini tak pernah melewatkan satu hari pun tanpa melatih jari jemarinya mempraktekkan kunci-kunci nada. Pada 1976, setelah lulus SD, Budjana hijrah ke Surabaya dan meneruskan sekolahnya di Kota pahlawan itu. Di kota yang banyak melahirkan musisi berbakat itu, Budjana kerap menyaksikan berbagai pertunjukkan musik. Dari situ ia banyak mengenal musisi-musisi lokal.

Karena sebelumnya ia hanya belajar bermain gitar secara otodidak,Dewa Budjana sang gitaris terbaik dunia pun menyadari kalau permainannya masih sangat terbatas. Oleh karena itu, kemudian ia mulai mendalami gitar klasik.Saat Budjana duduk di bangku kelas 1 SMP, pergaulannya di dunia musik semakin meluas. Menginjak usia remaja, Budjana bahkan telah memiliki sebuah gitar listrik, Aria Pro II. Ia semakin serius mendalami musik sambil bertukar pengalaman dengan rekan sebayanya yang juga memiliki minat yang sama. Salah satunya adalah Arie Ayunir, teman sekolahnya di SMA 2 Surabaya yang sekarang dikenal sebagai drummer band Potret. Keduanya kemudian membentuk band bernama Squirrel di tahun 1984.

Awalnya mereka hanya tampil di berbagai acara yang diadakan sekolah. Perlahan-lahan mereka mulai melangkah ke panggung musik tingkat nasional. Salah satunya lewat Light Music Contest di tahun 1984, sebuah kontes yang diselenggarakan oleh Yamaha Music. Di masa itu, ajang tersebut terbilang cukup bergengsi terutama di kalangan anak-anak band seperti EMS Bandung, asuhan almarhum Elfa Secioria, Gold Fingers band dari Jakarta yang digawangi duet kakak-beradik Mahesh dan Suresh

Hotwani.Dewa Budjana juga tak mau ketinggalan memamerkan bakatnya di atas panggung. Dengan mengusung bendera Squirrel Band, serta bermodalkan sebuah gitar yang dimodifikasi dengan desain kreasi sendiri, Budjana menggebrak ajang tersebut dengan gaya bermusiknya yang eksperimental. Berkat penampilannya yang terbilang unik itu, Budjana berhasil memukau penonton, hingga akhirnya Squirrel dinobatkan sebagai juara pertama.

Dalam perjalanan kariernya, Dewa Budjana pernah bergabung dengan kelompok-kelompok musik diindonesia, diantaranya adalah :

Squirrell (1980 - 1985)

Spirit (1989 - 1992)

Java Jazz (1993 - 1994,Reunion 2009)

GIGI (1994 - Sekarang)

Selain itu Budjana juga menjalani karier solonya sendiri dan telah menghasilkan album :

Album Solo Nusa Damai (1997)

Album Rohani Nyanyian Dharma (1998)

Album Solo Gitarku (2000)

Album Solo Samsara (2003)

dan terakhir album solo dengan tajuk Home (2005)

Seiring berkembangnya dunia musik Indonesia yang mulai banyak dipengaruhi dunia Barat, kiblat musik Dewa Budjana gitaris terbaik dunia pun mulai berubah. Ia tak hanya sebatas memainkan instrumen pop dan rock melainkan mulai merambah ke musik jazz. Awal perkenalannya dengan jazz terjadi saat ia memutuskan untuk mengadu nasib ke Jakarta pada tahun 1985. Di ibukota, ia bertemu dengan Jack Lesmana, legenda jazz tanah air. Dari ayah musisi Indra Lesmana itulah Budjana banyak menimba filosofi permainan musik jazz.Budjana tertarik memainkan gitar setelah menyaksikan seorang kuli bangunan yang tinggal di depan rumahnya, tengah asyik memetik senar-senar alat musik petik itu. Iramanya yang melodius seketika membius telinga Budjana yang saat itu masih duduk di bangku sekolah dasar. Sejak saat itu, Budjana tergerak untuk menguasai instrumen gitar dimulai dengan belajar dari kuli bangunan itu.Pertemuannya dengan Jack berbuah manis, selain bertambah pengalaman baru, karirnya di dunia musik pun mulai menunjukkan kemajuan saat putra Jack, Indra Lesmana mengajaknya masuk dunia rekaman sebagai session player. Beberapa tahun setelah itu, ia bergabung dengan Baron membentuk Spirit Band.

Bersama Spirit, ia menghasilkan dua album, yaitu Spirit dan Mentari. Tahun 1993, Budjana hengkang dari Spirit. Setelah itu, banyak musisi yang tertarik menggunakan kepiawaiannya dalam memetik gitar. Sebut saja Jimmy Manopo Band, Erwin Gutawa, Elfa's Big Band hingga Twilite Orchestra. Masih di tahun yang sama, suami Putu Borrawati ini juga bergabung dengan Java Jazz yang dipunggawai Indra Lesmana. Kolaborasi keduanya kemudian menghasilkan album Bulan di Atas Asia. Tak lama berselang, ia mendapat kehormatan untuk mengikuti North Sea Jazz Festival, sebuah perhelatan akbar musisi jazz dunia di Den Haag, Belanda.

Baru kemudian di tahun 1994, ayah dua anak ini mendirikan sebuah band bernama Gigi dengan formasi awal Baron sebagai gitaris, Thomas sebagai bassist, Armand sebagai vokalist dan Ronald sebagai drummer. Bersama Gigi, belasan album sudah dihasilkan diantaranya Angan, Dunia, 3/4, 2x2, Kilas Balik, Baik, Semua Umur dan lain sebagainya. Selain itu, Gigi juga pernah merilis album relijius yang biasanya diluncurkan di bulan Ramadhan, seperti album Raihlah Kemenangan yang rilis tahun 2004. Meski satu-satunya personil Gigi yang non-muslim, Budjana tetap menunjukkan profesionalismenya. Selain itu ia juga ingin menyampaikan pesan bahwa tak selamanya perbedaan itu harus disikapi dengan permusuhan. Yang terpenting adalah menumbuhkan sikap saling menghormati dan bertoleransi.

Pada Desember 2007, Budjana menghelat dua hajatan besar dalam karirnya dengan menggelar konser tunggal di Gedung Kesenian Jakarta, yang kemudian disusul perilisan buku semi biografinya yang berjudul Gitarku: Hidupku, Kekasihku yang memuat perjalanan hidupnya dan juga beberapa ilmunya saat memainkan dawai gitar.

Dalam buku Gitarku: Hidupku, Kekasihku, Budjana mengungkapkan pendalamannya tentang gitar. "Gitar itu sakral. Dia teman seperjalananku mencari kepuasan lahir dan batin dalam musik. Lewat gitarku, aku berkarya…Gitarku adalah titian yang menghubungkan aku dengan dua dunia, yaitu dunia tempatku berakar dengan dunia tempatku mengejawantahkan mimpi-mimpiku….Dan lewat gitarkulah aku menunjukan kepada dunia kekayaan budaya dan musik negeriku…"

Di sela-sela padatnya jadwal manggung bersama band Gigi, Budjana masih sempat membuat proyek solo dengan menelurkan 4 album yakni Nusa Damai, Gitarku, Samsara, dan Home yang rilis dalam kurun waktu tahun 1997 hingga 2005. Selain itu, penganut Hindu yang taat ini juga menelurkan album rohani bertitel, Nyanyian Darma pada 1998.

Dengan segudang karya-karyanya itu, nama Budjana sebagai gitaris makin tersohor. Kepiawaiannya memetik gitar membuat banyak generasi muda ingin menimba ilmu padanya. Kian hari jumlah orang yang ingin belajar gitar pada Budjana semakin banyak saja. Karena merasa kewalahan, Juli 2008 Budjana akhirnya berinisiatif mendirikan sebuah sekolah gitar dan bass bernama Guitar School of Indonesia (GSI). Ia juga mengajak serta tiga rekannya sesama gitaris dan bassist, yakni Andra Ramadhan, Bernard Larso, dan Arya

Setiadi. Akhirnya dengan dana patungan dari keempat musisi itu serta ditambah seorang investor asal Surabaya, GSI secara resmi berdiri pada 12 Januari 2009. Sekolah yang berlokasi di bilangan Arteri Pondok Indah Jakarta Selatan itu memiliki tenaga pengajar profesional lulusan dalam dan luar negeri, yang sebagian besar diantaranya merupakan lulusan Guitar Institute of Techology, Amerika Serikat. Selain itu, sejumlah musisi andalan dalam negeri juga turut terlibat. Untuk gitar selain sang penggagas, Budjana dan Andra, juga ada Coki Bollemeyer. Adapun bass ada Rindra R. Noor, Dika Satjadibrata, serta Ivanka.

Di sekolah tersebut siswa dapat memilih jenis musik mana yang mau dipelajari mulai dari jazz, rock, blues, funk, funsion, bahkan heavy metal tersedia di GSI. Bagi musisi muda berbakat namun mengalami keterbatasan dalam hal finansial, sekolah ini juga menawarkan program beasiswa.GSI mendapat sambutan yang cukup antusias dari masyarakat yang berminat mendalami musik. Di bulan pertamanya saja sudah puluhan orang yang mendaftar. Mereka datang dari berbagai latar belakang usia dan domisili mulai dari Jakarta, Bandung, Surabaya, hingga Padang.

Inilah perjalanan karir Dewa Budjana termasuk gitaris terbaik dunia.

No comments:
Write comments